Jumat, 08 Juni 2012

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)


SEKOLAH                      : 
MATA PELAJARAN     : Bahasa Indonesia
KELAS                            : X
SEMESTER                   : 1


A. STANDAR KOMPETENSI :
     Mendengarkan :
                              1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung /tidak langsung


B. KOMPETENSI DASAR :
   1.2 Mengidentifikasi unsur  sastra (intrinsik dan ekstrinsik)  suatu cerita yang disampaikan  secara       langsung atau melalui rekaman


C. MATERI PEMBELAJARAN :
     Rekaman cerita, tuturan langsung (kaset, CD, buku cerita)
     • unsur intrinsik (tema, alur, konflik, penokohan, sudut pandang, dan amanat)
     • unsur ekstrinsik (agama, politik, sejarah, budaya)


D. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI : 

NOIndikator Pencapaian  Kompetensi Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa
Kewirausahaan/Ekonomi Kreatif

1Menyampaikan unsur-unsur ekstrinsik Bersahabat/KomunikatifKepemimpinan
2Menanggapi (setuju atau tidak setuju) unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang disampaikan teman Tanggung jawab
3Menyampaikan unsur-unsur intrinsik(tema, penokohan, konflik, amanat dll.)

4Menanggapi (setuju atau tidak setuju) unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang disampaikan teman



E. TUJUAN PEMBELAJARAN :
 Siswa dapat:
  •  Menyampaikan unsur-unsur intrinsik ( tema, penokohan, konflik, amanat, dll.) yang terkandung di dalam    cerita yang disajikan disertai contoh kutipannya.
  • Menyampaikan unsur-unsur ekstrinsik (nilai moral,kebudayaan, agama, dll.) yang terkandung di dalam cerita yang disajikan disertai contoh kutipannya.
  • Menanggapi (setuju atau tidak setuju) unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang disampaikan teman dengan menggunakan bahasa yang santun dan efektif.

 F. METODE PEMBELAJARAN :
  • Penugasan
  • Diskusi
  • Tanya Jawab
  • Unjuk kerja
  • Ceramah
  • Demonstrasi

G. STRATEGI PEMBELAJAR

Tatap Muka TerstrukturMandiri
• Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung /tidak langsung.

• Menyampaikan unsur- unsur  ekstrinsik (nilai moral,kebudayaan, agama, dll.)

• Mencari siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung /tidak langsung

• Menanggapi (setuju atau tidak setuju) unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang disampaikan teman

• Siswa dapat Menyampaikan  unsur-unsur intrinsik   ( tema, penokohan, konflik,  amanat, dll.) yang terkandung di dalam cerita yang disajikan disertai contoh kutipannya.

• Siswa Menyimpulkan tentangsiaran atau cerita yang disampaikan secara langsung /tidak langsung.





H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN :
NoKegiatan Belajar Nilai Budaya Dan Karekter Bangsa
1
Kegiatan Awal :
  • Guru menjelaskan Tujuan Pembelajaran hari ini.
Bersahabat/ komunikatif
2Kegiatan Inti :

Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi :
  • Mendengarkan cerita daerah tertentu (Misalnya: Si Kabayan, Roro Jonggrang, Malin Kundang)*
  • Mengidentifikasi unsur intrinsik dan ekstrinsik
  • Menyampaikan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi :
  • Ceritakan yang disampaikan secara langsung atau melalui rekaman
  • Diskusi dan tanya jawab
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa:
  • Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui
  • Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui.
Tanggung jawa
3
Kegiatan Akhir :
  • Refleksi
  • Guru menyimpulkan pembelajaran hari ini.
Bersahabat/ komunikatif


I. ALOKASI WAKTU :
        4 x 40 menit


J. SUMBER BELAJAR/ALAT/BAHAN :
  • Buku cerita/kaset
  • LKS : Tim. Bahasa Indonesia SMA X. Sukoharjo: Pustaka Firdaus.
  • Buku pendamping: Syamsuddin A.R. Kompetensi Berbahasa dan Sastra Indonesia Kelas X.      Surakarta:    Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. 2006. 

K. PENILAIAN :
Jenis Tagihan:
  •  Tugas individu
  •  Ulangan
Bentuk Instrumen:
  •  Uraian bebas
  •  Pilihan ganda
  •  Jawaban singkat

Mengetahui, 2011
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran





 NIP.

Titah CINTA dibalik KESETIAAN

Aku tidak menyesali perpisahan karena….
Pertemuan Kita sebuah ketidaksengajaan
Waktu beputar tak akan pernah berhenti
Arah menunjuk kemana hati mencari
Jika, nasib sakti bertitah
Tak Ada Halanagan Untuk Menyapa kembali…
Karena,
Aku telah menemukan hati’Ku dalam dirimu
Begitu dalamnya tersimpan sehingga….
Tak mampu untuk ‘Ku melihatnya
Semoga,
Yang ada hanyalah ketulusan CINTA yang hidup di dasar hatimu
Tapi,
Mampukah engkau menjaga kebahagiaan yang telah Aku berikan untukmu
Karena jika tidak,
Itu hanya akan menjadikan embun yang pudar sebelum fajar menyingsing…
Sebab,
Akan ada banyak rintangan yang akan menguji kesetiaan CINTA.

Namun,
Selama mata masih mampu untuk melihat dunia
Selama hati masih berdetak,
Pegang erat-erat tangan’Ku…..maka pasti kita mampu untuk melewatinya.

Karena,
Malam yang gelap pun akan terang oleh pancaran kemerlap bintang-bintang
Karena untukmu……
Aku akan menjadi Jufri sampai nafas terakhirku….



PSIKOLINGUISTIK


Psikolinguistik adalah pendekatan gabungan melalui psikologi dan linguistic bagi telaah atau studi pengetahuan bahas, bahasa dalam pemakaian, perubahan bahasa, dan hal-hal yang ada kaitannya dengan itu yang tidak begitu mudah dicapai atau sendiri-sendiri (Lado, 1976:220). Menurut Bach, 1964:64 psikolinguistik adalah suatu ilmu yang meneliti bagaimana sebenarnya para pembicara/pemakai suatu bahasa membentuk/membangun atau mengerti kalimat-kalimat bahasa tersebut.  Menurut Langacker, 1968:26 psikolinguistik adalah studi atau telaah mengenai behavior atau perilaku linguistic yaitu performance atau perbuatan dan perlengkapan atau aparat psikologis yang bertanggung jawab atasnya. Menurut Palmatier 1972:140 psikolinguistik adalah telaah mengenai perkembangan bahasa pada anak-anak; suatu introduksi teori lingistik ke dalam masalah-masalah psikologis.

KULISUSU

Benda ini adalah yang melatarbelakangi penamaan Kulisusu, kini tinggal sebelah dan tertimbun hampir seluruh bagiannya. Konon ceritanya bahwa pasangan dari kulit Lokan ini diambil oleh suku Tobelo setelah masyarakat Kulisusu menderita kekalahan. Adapun ukurannya sebagai berikut: panjang 60 cm dan tinggi dari permukaan tanah 25 cm. Wisata sejarah ini terletak di Kompleks Benteng Lipu, Keraton Kulisusu, Kabupaten Buton Utara.

awal mulanya terkait dengan penemuan kima susu (kerang siput laut) oleh seseorang yang bernama La Mahari, Sangia Yi Doule, saat hendak pergi berburu di Lemo ditemani dengan dua ekor anjing masing-masing bernama La Sara Bomba dan La Barbantingi (Abusaru, 2005: 2). Kedua anjing tersebut juga yang menemukan ee bula (air putih) tidak jauh dari temuan kima susu (Rahmat, 8 Januari 2011). Dituturkan bahwa kulit sebelah kanan kerang siput laut tersebut dibawa ke Ternate oleh La Ode Raja Tomba Mbahalo dan istrinya bernama Wa Ode Katanda disertai dengan 40 rumah tangga, isinya dibawa ke Tolaki oleh Kapita Haluoleo, dan kulit sebelah kiri disimpan di tempat semula (Abusaru, 2005 : 3). Orang Kulisusu menamakan kerang siput laut tersebut dengan istilah “Kima Susu” atau “Tongki-Tongki Susu” atau “Mata Morawu”.  Tradisi lisan menuturkan bahwa penamaan Kulisusu bermula dimana ketika anjing menemukan induk kerang susu yang besar, gonggongan anjing mengeluarkan kata-kata “Kolingsusu-kolingsusu” untuk beberapa kali (Abu Hasan, 1989: 55). Dari kata ini muncul istilah Kolencucu, Kolengsusu atau Kolingsusu, lalu berubah menjadi Kulisusu untuk menyebut nama Barata Kulisusu, Distrik Kulisusu, dan Kecamatan Kulisusu. Interpretasi lain dapat dijelaskan bahwa kata “kuli”, yang kemudian melahirkan kata “kulisusu”, boleh jadi berasal dari salah satu bagian atau belahan (“kulit”) kerang siput laut yang ditemukan oleh Sangia Doule yang masih tersimpan sampai sekarang di Benteng Lipu. Orang Kulisusu menyebut bagian kulit (luar) dengan kata koleng atau kaleng atau kuli. Jadi kata “kuli” diambil dari kata “kulit”, maksudnya kulit (bagian luar) kerang siput (kima susu) tersebut (lihat gambar/foto “kima susu” berikut).



SURAT KUASA

Surat kuasa digunakan untuk memberikan wewenang kepada seseorang atau lembaga yang dipercaya untuk mewakili orang yang bersangkutan dalam melakukan suatu tindakan atau mengurus urusan tertentu.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat surat kuasa yaitu:
1.    Menentukan kegiatan yang akan diberi kuasa;
2.    Memilih orang atau lembaga yang akan diberi kuasa;
3.    Menentukan batas-batas kuasa yang akan dilimpahkan;
4.    Mencantumkan tempat dan tanggal pembuatan surat kuasa;
5.    Menulis surat kuasa diatas kertas segel atau dibubuhi meterai secukupnya;
6.    Memberikan kuasa kepada seseorang yang dapat dipercaya;
7.    Orang yang memberi dan menerima kuasa harus sudah dewasa serta sehat rohani dan jasmani;
8.    Orang yang memberi dan menerima kuasa harus menandatangani surat tersebut agar surat dianggap sah
Contoh surat kuasa:
                         Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
                                      SMA Permata Ilmu

                                             Surat Kuasa
                             Nomor:12/SMA PI/Oktober/2007

Pihak yang bertanda tangan berikut ini,
Nama         : Winda Ratuliu
Jabatan       : Ketua OSIS SMA Permata Ilmu
Kelas          : XI/F
memberi kuasa kepada:
Nama          : Sigit Armando
Jabatan        : Ketua Sie. Dana Usaha OSIS SMA Permata Ilmu
Kelas           : XI/A
untuk mengambil uang donator acara kegiatan ”Bulan bahasa SMA Permata Ilmu” di bagian personalia PT Anugerah Lestari.
Atas perhatian dan kerja sama Ibu/Bapak, saya mengucapkan terima kasih
                                                             Medan,12 Oktober 2007
Penerima kuasa,                                            Pemberi kuasa,

Sigit Armando                                          Winda Ratuliu
                          

PROPOSAL: MORFOFONEMIK BAHASA KULISUSU

BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Morfologi
    Morfologi adalah (1) bidang linguistic yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya; (2) bagian dari struktur bahas yang mencakup kata dan bagian-bagian kata yakni morfem (Kridalaksana, 1984:129).
    Seorang ahli bahasa di Indonesia J.S Badudu memberikan batasan bahwa: “Morfologi adalah ilmu yang membicarakan morfem, yaitu bagaimana kata dibentuk dari morfem-morfem. Jadi morfologi berirusan struktur dalam kata”. (1979:66).
    Selain dari kedua pengertian yang telah disebutkan di atas, maka dalam hal yang sama M. Ramlan yang merupakan tokoh structural di Indonesia memberikan definisi tentang morfologi sebagai berikut:
    Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari selu-beluk kata itu, baik fungsi gramatikal maupun fungsi semantic (1985:19).
    Selanjtnya Verhaar, mengemukakan bahwa “ morfologi adalah bidang linguistic yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatik” (1986:52).

2.2 Morfem
    Mengenai konsep morfem pada dasarnya para linguis (linguistik) tidak banyak berbeda pendapat , walaupun masing-masing mengajukan definisinya sendiri.
    Menurut Lyons (1995:177-178) “ morfem adalah satuan terkecil analisis gramatikal atau satuan-satuan yang terendah tingkatannya  yang dapat membentuk kata-kata”.
    Saleh (1988:6) menyatakan bahwa morfem adalah satua makna terkecil yang dapat digunakan untuk membentuk suatu ujaran,
    Ali (1991:665) menyatakan bahwa morfem adalah satuan bentuk bahasa terkecil yang mempunyai makna, secara relative stabil dan tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil.
    Hockett (dalam Parera, 1994:15) menyatakan bahwa morfem adalah unsure-unsur yang terkecil yang masing-masing mempunyai makan dalam tutur sebuah bahasa.
    Kemudian ditegaskan oleh Keraf (1978:55) bahwa morfem adalah kesatuan yang ikut serta dalam pembentukan kata yang dapat dibedakan artinya.

2.3  Morf  dan Alomorf
Morf dan alomorf adalah dua buah nama untuk sebuah bentuk yang sama, yang terdapat berulang-ulang dalam satuan bentuk yang lain. Dengan kata lain alomorf adalah perwujudan konkret (di dalam penuturan) dari sebuah morfem. Jadi setiap morfem tentu mempunyai almorf, entah satu, dua, atau enam buah. Contohnya,  morfem meN- (dibaca: me nasal): me-, mem- men-, meny-, meng-, dan menge-. Secara fonologis, bentuk me- berdistribusi, antara lain, pada bentuk dasar yang fonem awalnya  konsonan /I/ dan /r/; bentuk mem- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /b/ dan juga /p/; bentuk men- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya /d/ dan juga /t/; bentuk meny- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya /s/; bentuk meng- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya, antara lain konsonan /g/ dan /k/; dan bentuk menge- berdistribusi pada bentuk dasar yang ekasuku, contohnya {menge}+{cat}= mengecat. Bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfem yang sama tersebut  disebut alomorf.
2.4 Morfofonemik
    Morfofonemik adalah proses perubahan bentuk sesuai dengan fonem awal dasar yang dilekatinya. Batasan ini memandang bahwa proses perubahan fonem itu dipengaruhi oleh fonem awal bentuk dasar tempat melekatnya sebuah afiks. (Alwi, et al. 1998:113). 
    Morfofonemik merupakan perubahan bentuk sebuah morfem beerdasarkan bunyi lingkungan  yang menyangkut hubungan antara morfem dengan fonem. Selanjutnya Parera menjelaskan bahwa proses morfofonemik dalam sebuah bahasa bisa terjadi secara tetap dan dapat juga berlangsung secara tidak tetap atau dapat berlangsung secara otomatis dan tidak secara otomatis dikatakan sebuah proses morfofonemik berlangsung secara otomatis apabila prose situ sering terjadi pada syarat-syarat tertentu sehingga terjadi satu kaidah dalam bahasa tersebut. Dikatakan tidak tetap apabila sebaliknya.
    Menurut Robinson (1992:238-241) morfofonemik merupakan analisis dan klasifikasi dari berbagai bentuk morfologis yang didalamnya terdapat morfem-morfem atau yang digunakan untuk mewakili morfem-morfem, baik dalam sebuah bahasa maupun dalam bahasa-bahasa pada umumnya.  
    Morfofonemik atau biasa disebut morfofonologi adalah ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lainnya. Dalam bahasa Indonesia terdapat empat prefiks (meN-, per-, ber-, dan ter-) yang mengalami perubahan sesuai dengan fonem awal bentuk daras yang dilekatinya.
    Berbicara mengenai proses morfofonemik dalam bahasa Indonesia, maka terdapat tiga hal penting, yaitu: (1) proses perubahan fonem, (b) proses penambahan fonem, (c) proses panggalan/penghilangan fonem.

2.4.1 Proses Perubahan Fonem
    Apabila kita menyinggung proses perubahan fonem dalam bidang morfofonemik, maka ada dua hal yang perlu mendapat perhatian yaitu perubahan fonem /N/ dan perubahan fonem /r/
1)    Perubahn fonem /N/ pada morfem meN- dan morfem peN- berubah menjadi fonem: /m/n/ seningga morfem meN- menjadi : pem-, pen-, peny-, peng-.
Fonem /N/ pada morfem meN- dan morfem peN- berubah menjadi fonem /m/ bila kata dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /b,p,f/, misalnya:
MeN-        +       babat    menjadi      membabat
PeN-          +      bina      menjadi       membina
Dalam bahasa Kulisusu bentukan seperti diatas dapat kita jumpai pada gabungan morfem moN- dan poN- pada kata dasar yang di awali dengan fonem // seperti: Poncilabi (labhi) ‘berlebihan’
  
2)    Perubahan fonem /r/ pada morfem ber- dan per-, mengalami perubahan menjadi /l/ sebagai akibat pertemuan dengan moerfem lain.

a.    Perubahan fonem /r/ menjadi fonem /l/ pada morfem ber-, apabila diikuti oleh kata dasar ajar dan unjur.
Contoh :
ber-              +           ajar          menjadi         belajar
ber-              +           unjur        menjadi         berunjur

b.    perubahan fonem /r/ menjadi fonem /l/ pada morfem per-, apabila diikuti oleh kata dasar ajar.
Contoh: per-           +      ajari         menjadi      pelajari

2.4.2 Proses Penambahan Fonem
    Proses penambahan fonem antara lain terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meN- dengan bentuk dasarnya yang terdiri atas satu suku kata. Fonem tambahan tersebut ialah fonem /e/, sehingga meN- berubah menjadi menge-.
Contoh:
MeN-       +    lap     menjadi      mengelap
Men-        +    tik     menjadi       mengetik
Dalam bahasa kulisusu dijumpai pula bentukan-bentukan:
Pompuaia  (puai)  ‘tempat menjemur’
Petotapiha (totapi)   ;tempat mencuci’

2.4.3 Proses Hilangnya Fonem
    Proses hilangnya fonem /N/ pada prefiks meN- dan peN- terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meN- dan mrfem peN- dengan bentuk dasar yang berawal  dengan fonem berikut: /l,m,n,r,y, dan w/, morfem meN- dan peN- menjadi me- dan pe-.
Contoh: meN         +      masak        menjadi        memasak
      meN         +      naikkan      menjadi       menaikkan
      peN         +      malas          menjadi       pemalas

dalam bahasa Kulisusu kita jumpai pula bentukan-bentukan: moleusi (leu) ‘mendatangi’





DAFTAR PUSTAKA

Badudu, J.S. 1989. Pelik-pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pusaka Prima.
Hockett, Charles. 1963. A Course ini Modern Linguistik. New York: The Macculan Company.
Keraf, Gorys. 1982. Tata Bahasa Indonesia. Ende Flores: Nusa Indah.
Ramlan, M. 1979. Ilmu Bahasa Indonesia: Morfologi. Yogyakarta: UP Indonesia.   
1983. Morfologi. Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono.
Verhaar, J.W.M. 1978. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.






Kelas Kata

Sebelumnya kita perhatikan Aforisme berikut :

“Kata-kata adalah kurcaci yang muncul tengah malam, dan ia bukan pertapa suci yang kebal terhadap godaan. Kurcaci merubung tubuhnya yang berlumuran darah sementara pena yang dihunusnya belum mau patah.” (Joko Pinurbo dalam Kurcaci, 1998)

KATEGORI MORFOLOGI KELAS KATA DALAM BAHASA INDONESIA

Bahasa Indonesia mengenal pengelompokan kosa dalam bentuk kelas kata. Tata bahasa Indonesia banyak pendapat para mengenai jumlah dan jenis kelas kata. Kelas kata terdiri dari seperangkat kategori morfologis yang tersusun dalam kerangka sistem tertentu yang berbeda dan sistem kategori morfologis kelas kata lain. Kategori morfologis adalah sederetan kata yang memiliki bentuk gramatikal dan makna gramatikal yang sama.

Setiap kategori morfologis itu terbentuk oleh prosede morfologis tertentu. Prosede morfologis adalah pembentukan kata secara sinkronis. Prosede morfologis itu ada dua macam yaitu derivasi dan intleksi. Derivasi adalah prosede morfologis yang menghasilkan kata-kata yang makna leksikalnya berbeda dari kata pangkal pembentuknya. Sebaliknya, infleksi menghasilkan kata-kata yang bentuk gramatikalnya berbeda-beda, tetapi leksemnya tetap seperti pada kata pangkalnya.

Kategori Morfologi Kelas Kata Bahasa Indonesia dapat dibedakan atas:

1. Kelas Nomina

Untuk menentukan suatu kata termasuk nomina, digunakan penanda valensi sintaktis karena perangkat kategori morfologis pembangun kerangka sistem morfologi nomina itu ditandai oleh valensi sintaktis yang sama, yaitu (1) mempunyai potensi berkombinasi dengan kata bukan, (2) mempunyai potensi didahului oleh kata di, ke, dari, pada.

Kelas nomina yang ditemukan dan data terdiri dan: (1) nomina murni, yakni nomina yang tidak berasal dari kelas kata lain, (2) nomina deverbal, yakni nomina yang terbentuk dari verba.

a. Nomina Murni

Nomina murni terdiri dari nomina dasar (monomorfemis) dan nomina turunan (polimorfemis). Nomina turunan yang terbentuk dari kata-kata nomina disebut nomina denominal.

Ø Nomina Dasar

Nomina murni berbentuk dasar yang ditemukan pada data ada lima macam yaitu:

Contoh: anak,baju, kepala, orang, nasi rumah, pakaian, pasar, perut, piring, plastik, rejeki, salak, logam lengan, lantai, lekaki, kursi, kota, panggung, kilometer, kelas, kaos, jalan, huja, gerimis, gelas, gambar, buah, ujung, uang, tempat, televisi,teh, tangan, tamu, tali, sisi, sepatu, wong, bulan, mata,

Ø Nomina Denominal

Nominal denominal yang d.temukan pada data, terdin dari beberapa kategori morfologis. Semuanya terbentuk dengan denvasi, berpangkal pada nomina dasar, yakni:

Ø Kategori D-an.’

Kategori ini menyatakan makna ‘daerah/wilayah/komplek/kurnpulan sesuatu yang tersebut pada pangkal pembentukan’. Contoh: pakaian,

Ø Kategori D-an”

Kategori ini menyatakan makna ‘hasil’. Contoh: ikatan, sebutan

Ø Kategori se-D

Kategori ini menyatakan makna ’satu”. Contoh: sebatangkara

Ø Kategori D-D1-an

Kategori ini menyatakan makna ’seperti’. Contoh: orang-orangan

Ø Kategori per-D-an’

Kategori ini menyatakan makna “hal’ . Contoh: perhatian

Ø Kategori ke-D-an’

Kategori ini menyatakan makna “hal’ . Contoh:kesempatan

Ø Kategori pcng-D-an

Kategori ini menyatakan makna ‘proses’. Contoh: pengalaman

b. Nomina Transposisi

Dari data nomina transposisi tidak ditemukan dalam kartu kata


Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)

A.    Pendahuluan
SPPKB merupakan strategi pembelajaran yang meningkatkan pada kemampuan berpikir siswa. Joyce dan Weil (1980) menempatkan model pembelajaran ini ke dalam bagian model pembelajaran Cognitive Growth.
Dalam SPPKB, meteri pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa. Akan tetapi, siswa dibimbing untuk menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus-menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa. Dalam pola pembelajaran SPPKB, guru memanfaatkan pengalaman siswa sebagai titik tolak berpikir, bukan teka-teki yang harus dicari jawabannya seperti dalam pola inkuiri.
B.    Hakikat dan pengertian Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)
Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan.
Terdapat beberapa hal yang terkandung dalam pengertian di atas. Pertama, SPPKB adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai oleh SPPKB adalah bukan sekedar siswa dapat menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat mengembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal.
Kedua, telaahan fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan pengembangan kemampuan berpikir, artinya pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehari-hari atau berdasarkan kemampuan anak  untuk mendeskripsikan hasil pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan data yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, sasaran akhir SPPKB adalah kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak.
C.    Latar Belakang Filosofis dan Psikologis SPPKB
1.    Latar Belakang Filosofis
Pembelajaran adalah proses interaksi baik antara manusia dengan manusia ataupun antara manusia dengan lingkungan. Proses interaksi ini diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, misalkan yang berhubungan dengan tujuan perkembangan kognitif, afektif atau psikomotor.
Dilihat dari bagaimana pengetahuan itu bisa diperoleh manusia, dapat didekati dari dua pendekatan yang berbeda, yaitu pendekatan rasional dan pendekatan empiris. Baik aliran rasional maupun aliran empiris, keduanya berangkat dari dasar pemikiran yang sama, yaitu bahwa sumber utama dari pengetahuan adalah dunia luar atau objek yang ada di luar individu atau objek yang menjadi pengamatannya.
 Menurut aliran konsrtuktivisme, pengetahuan itu terbentuk bukan hanya dari objek semata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap subjek yang diamati.
Hakikat pegetahuan menurut filsafat konstruktivisme adalah sebagai berikut:
a.    Pegetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui subjek.
b.    Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan.
c.    Pengetahuan dibentuk oleh konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk pengetahuan apabila konsepsi itu berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang (Suparno, 1992:21)
2.    Latar Belakang Psikologis
Landasan psikologis SPPKB adalah aliran psikologi kognitif. Menurut aliran kognitif, belajar pada hakikatnya merupakan peristiwa mental bukan peristiwa behavioral. Sebagai peristiwa mental perilaku manusia tidak semata-mata merupakan gerakan fisik saja akan tetapi yang lebih penting adalah adanya faktor pendorong yang menggerakkan fiisik itu.
Dalam perspektif psikologi kognitif sebagai landasan SPPKB belajar adalah proses aktif individu dalam membangun pengetahuan dan pencapaian tujuan. Individu adalah organisme yang aktif, ia adalah sumber  dari pada semua kegiatan.
D.    Hakikat Kemampuan Berpikir dalam SPPKB
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) merupakan model pembelajaran yang bertumpu pada proses perbaikan dan peningkatan kemampuan berpikir siswa. Menurut Peter Reason (1981) berpikir adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat  dan memahami. Menurut Reason mengingat dan memahami lebih bersifat pasif daripada kegiatan berpikir. Mengingat pada dasarnya hanya melibatkan usaha penyimpanan sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali atas permintaan. Sedangkan memahami memerlukan pemerolehan apa yang didengar dan dibaca serta melihat keterkaitan antar-aspek dalam memori. Berpikir adalah istilah yang lebih dari keduanya. Berpikir menyebabkan seseorang harus bergererak hingga di luar informasi yang didengarnya.
E.    Karakteristik SPPKB
Sebagai strategi pembelajaran yang diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, SPPKB memiliki tiga karakteristik utama, yaitu sebagai berikut:
1.    Proses pembelajaran melalui SPPKB menekankan kepada proses mental siswa secara maksimal. SPPKB bukan model pembelajaran yang hanya menuntut siswa sekadar mendengar dan mencatat, tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir. Pembelajaran itu adalah peristiwa mental bukan peristiwa behavioral yang lebih menekankan aktivitas fisik.
2.    SPPKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab secara terus- menerus. Proses pembelajaran melalui dialog dan tanya jawab itu diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruks sendiri.
3.    SPPKB adalah model pembelajaran yang menyandarkan kepada dua sisi yang sama pentingnya, yaitu sisi proses dan hasil belajar. Proses belajar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan sisi hasil belajar diarahkan untuk mengkonstruksi pengetahuan atau penguasaan materi pembelajaran baru.
F.    Perbedaan SPPKB dengan Pembelajaran Konvensional
Ada perbedaan pokok antara SPPKB dan pembelajaran yang selama ini banya dilakukan guru. Perbedaan itu adalah:
    SPPKB menempatkan peserta didik sebagai sujek belajar, artinya peserta didik berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menggali pengalamannya sendiri, sedangkan dalam pembelajaran konvensional peserta didik ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif, artinya peserta didik tidak aktif dalam proses pembelajaran dalam artian bersifat menerima.
    Dalam SPPKB, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata melalui penggalian pengalaman setiap siswa,  sedangkan dalam pembelajaran konvensional pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak. Bersifat teoritis dan abstrak, artinya hanya berdasarkan pada teori yang ada dan inti sari dari tulisan atau pembicaraan.
    Dalam SPPKB, perilaku dibangun atas kesadaran diri, sedangkan dalam pembelajaran konvensional perilaku dibangun atas proses kebiasaan .
    Dalam SPPKB, kemampuan didasarkan atas penggalian pengalaman, sedangkan dalam pembelajaran konvensional kemampuan diperoleh melalui latihan-latihan.
    Tujuan akhir dari proses pembelajaran melalui SPPKB adalah kemampuan berpikir melalui proses menghubungkan antara pengalaman dengan kenyataan, sedangkan dalam pembelajaran konvensional tujuan akhir adalah penguasaan meteri pembelajaran.
    Dalam SPPKB, tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri, misalnya individu tidak melakukan perilaku tertentu karena ia menyadari bahwa perlaku itu merugikan dan tidak bermanfaat sedangkan dalam pembelajaran konvensional tindakan atau perilaku individu didasarkan oleh faktor dari luar dirinya, misalnya individu tidak melakukan sesuatu disebabkan takut hukuman.
    Dalam SPPKB, pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya. Oleh sebab itu setia peserta didik bias terjadi perbedaan dalam memaknai hakikatpengetahuan yang dimilikinya, sedangkan dalam pembelajaran konvensional hal ini tidak mungkin terjadi. Kebenaran yang dimiliki bersifat absolut dan final, artinya tidak terbatas atau mutlak oleh karena pengetahuan dikontruksi oleh orang lain.
    Tujuan yang ingin dicapai oleh SPPKB adalah kemampuan siswa dalam proses berpikir untuk memperoleh pengetahuan, maka criteria keberhasilan ditentukan oleh proses dan hasil belajar, sedangkan dalam pembelajaran konvensional keberhasilan pembelajaran biasanya hanya diukur dari tes.
G.    Tahapan-tahapan Pembelajaran SPPKB
Ada enam tahap dalam SPPKB, yaitu:
1.    Tahap Orientasi
Tahap orientasi dilakukan dengan, pertama, penjelasan tujuan yang harus dicapai baik tujuan yang berhubungan dengan penguasaan materi pelajaran yang harus dicapai maupun tujuan yang berhubungan dengan proses pembelajaran atau kemampuan berpikir yang harus dimiliki siswa. Kedua,  penjelasan proses pembelajaran yang harus dilakukan siswa, yaitu penjelasan tentang apa yang harus dilakukan siwa dalam setiap tahapan proses pembelajaran.
2.    Tahap Pelacakan
Tahap pelacakan adalah tahapan penjajakan untuk memahami pengalaman dan kemampuan dasar siswa sesuai dengan tema atau persoalan yang dibicarakan.
3.    Tahap Konfrontasi
Tahap konfrontasi adalah tahapan penyajian persoalan yang harus dipecahkan sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa.
4.    Tahap Inkuiri
Tahap inkuiri adalah tahapan terpenting dalam SPPKB. Pada tahap inilah siswa belajar berpikir yang sesungguhnya. Melalui tahap inkuiri, siswa diajak untuk memecahkan persoalan yang dihadapi.
5.    Tahap Akomodasi
Tahap akomodasi adalah tahapan pembentukan pengetahuan baru melalui proses penyimpulan. Pada tahap ini siswa dituntut untuk dapat menemukan kata-kata kunci sesuai dengan topik atau tema pembelajaran.
6.    Tahap Transfer
Tahap transfer adalah tahapan panyajian masalah baru yang sepadan dengan masalah yang disajikan.




WACANA

Pengertian Wacana

Pengertian Wacana Menurut Beberapa Ahli Bahasa :

1.      Kamus Besar Bahasa Indonesia
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa wacana merupakan kelas kata benda (nomina) yang mempunyai arti sebagai berikut :
a)    Ucapan; perkataan; tuturan;
b)         Keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan;
c)    Satuan bahasa terlengkap, realisasinya tampak pada bentuk karangan yang uttuh, seperti novel, buku, atau artikel.
Pada pengertian ketiga tidak jauh berbeda apabila dibandingkan dengan apa yang tertuang di dalam Kamus Linguistik susunan Harimurti Kridalaksana. Tampak pada batasan tersebut bahwa keutuhan atau kelengkapan makna di dalam sebuah wacana merupakan syarat penting yang harus dimilikinya. Di samping itu secara tegas dinyatakan bahwa wacana merupakan satuan bahasa terlengkap, wujud konkretnya berupa novel, buku, artikel, dan sebagainya.

2.      Aminuddin
Wacana adalah kesuluruhan unsur-unsur yang membangun perwujudan paparan bahasa dalam peristiwa komunikasi. Wujud konkretnya dapat berupa tuturan lisan maupun teks tulis. Lebih lanjut, ia menyatakan ruang lingkup analisis wacana selain merujuk pada wujud objektif paparan bahasa berupa teks, juga berkaitan dengan dunia acuan, konteks, dan aspek pragmatik yang ada pada penutur maupun penanggap.
3.         Soeseno Kartomihardjo
Soeseno Kartomihardjo menyatakan bahwa analisis wacana merupakan cabang ilmu bahasa yang dikembangkan untuk menganalisis suatu unit bahasa yang lebih besar daripada kalimat dan lazim disebut wacana. Unit yang dimaksud dapat berupa paragraf, teks bacaan, undangan, percakapan, cerpen, dan sebagainya. Analisis wacana berusaha mencapai makna yang persis sama atau paling tidak sangat dekat dengan makna yang dimaksud oleh pembicara dalam wacana lisan atau oleh penulis dalam wacana tulisan. Analisis wacana banyak menggunakan pola sosiolinguistik, suatu cabang ilmu bahasa yang menelaah bahasa di dalam masyarakat.

4.      Michael Stubbs
Stubbs  menyatakan bahwa analisis wacana merujuk pada upaya mengkaji pengaturan bahasa di atas kalimat atau klausa, dan karenanya mengkaji satuan-satuan kebahasaan yang lebih luas, seperti pertukaran percakapan atau teks tulis. Analisis wacana juga memperhatikan bahasa pada waktu digunakan dalam konteks sosial, dan khususnya interaksi atau dialog antar penutur.

5.      Jan Renkema
Renkema  mengemukakan studi wacana adalah disiplin ilmu yang ditekuni untuk mencari hubungan antara bentuk dan fungsi di dalam komunikasi verbal. Studi wacana merupakan disiplin ilmu linguistik yang bertujuan menyelidiki bukan saja hubungan antara bentuk dan makna, melainkan juga keterkaitan antara bentuk dan fungsi bahasa di dalam komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai sarananya.

6.      Abdul Chaer
Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana dikatakan lengkap karena di dalamnya terdapat konsep, gagasan, pikiran atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau oleh pendengar (dalam wacana lisan) tanpa keraguan apapun. Wacana dikatakan tertinggi atau terbesar karena wacana dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal dan persyaratan kewacanaan lainnya (kohesi dan koherensi). Kekohesian adalah keserasian hhubungan antar unsur yang ada. Wacana yang kohesif bisa menciptakan wacana yang koheren (wacana yang baik dan benar)

7.      B.H.Hoed
Wacana adalah suatu bangun teoritis yang bersifat abstrak. Wacana dikaji sebagai bangun teoritis yang memperlihatkan hubungan antara satu proposisi atau sejumlah proposisi dengan kerangka acuannya yang berupa konteks dan sittuasi. Dalam batasan tersebut, B.H.Hoed membedakan antara wacana yang bersifat abstrak dan termasuk dalam tataran langue dengan teks yang bersifat konkret (merupakan realisasi wacana) dan termasuk dalam tataran parole.

8.      Bambang Yudi Cahyono
Analisis wacana adalah ilmu yang mengkaji organisasi wacana di atas tingkat kalimat atau klausa. Wacana dibentuk dari satuan bahasa di atas klausa atau kalimat, baik lisan seperti percakapan maupun tulis seperti teks-teks tertulis.

9.      Norman Fairclough
Wacana adalah pemakaian bahasa tampak sebagai sebuah bentuk praktek sosial, dan analisis wacana adalah analisis mengenai bagaimana teks bekerja/berfungsi dalam praktek sosia-budaya. Dalam hal ini Fairclough memandang wacana sebagai bentuk praktek sosial yang terungkap melalui pemakaian bahasa. Dengan demikian analisis wacana berusaha menjelaskan bagaimana bahasa (teks) berfungsi mengungkapkan realitas sosial budaya. Aspek-aspek yang dikaji meliputi bentuk, struktur, dan organisasi teks mulai dari tataran yang terendah fonologi (fonem), gramatika (morfem, kata, frase, klausa, dan kalimat), leksikon (kosakata), sampai dengan tataran yang lebih tinggi seperti sistem pergantian percakapan, struktur argumentasi, dan jenis-jenis aktivitas.


10.  Gillian Brown dan George Yule
Analisis wacana adalah analisis atas bahasa yang digunakan. Analisis wacana bertitik tolak dari segi fungsi bahasa, artinya analisis wacana mengkaji untuk apa bahasa ittu digunakan. Di dalam analisisnya kedua ahli tersebut memfokuskan pada dua fungsi utama : (1) fungsi transaksional, yaitu fungsi bahasa unttuk mengungkapkan isi, dan (2) fungsi interaksional, yaitu fungsi bahasa yang terlibat dalam pengungkapan hubungan-hubungan sosial dan sikap-sikap pribadi.

11.  Michael Mc Carthy
Analisis wacana berkaitan dengan studi tentang hubungan antara bahasa dengan konteks dalam pemakaian bahasa. Analisis wacana mempelajari bahasa dalam pemakaian : semua jenis teks tetulis dan data lisan, dari percakapan sampai dengan bentuk-bentuk percakapan yang sangat melembaga. Analisis wacana mencakup studi tentang interaksi lisan atau tulis. Senada dengan Brown dan Yule, Carthy juga berpandangan bahwa analisis wacana menekankan pada hubungan antara bahasa dengan konteks dalam pemakaian bahasa, baik berkenaan dengan teks tertulis maupun data lisan.

12.  Malcolm Coulthard
Terlihat adanya perbedaan penggunaan istilah antara wacana lisan dengan teks tulisan, tetapi perbedaan tersebut tidak berlaku secara universal. Istilah teks lebih mengacu pada lisan, sedangkan istilah wacana lebih mengacu pada tulisan.

13.  Jusuf Syarif Badudu
Wacana adalah rentetan kalimat yang saling berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Wacana adalah kesatuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi di atas kalimat atau klausa dengan kohesi dan koherensi tinggi yang berkesinambungan, yang mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tertulis.

14.  I. Praptomo Baryadi
Wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti pidato, ceramah, kutbah, dan dialog, atau secara tertulis seperti cerpen, novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari segi bentuk bersifat kohesif, saling terkait dan dari segi makna bersifat koheren, terpadu. 


JANGAN TAKUT MENULIS

Kemampuan menulis adalah salah satu modal pokok dalam berkomunikasi. Menulispun memiliki kegunaan lain dalam kehidupan kita. Melalui tuliasan, kita dapat mengekpresikan diri dan menuangkan gagasan-gagasan yang ada dalam kepala kita. Bahkan, kiat bisa mencari nafkah dengan tulisan. Tulisan pun ternyata telah banyak mengubah duia. Tidak sedikit tokoh dunisyang mampu merintis perubahan melalui tulisan,contohnya, Ir. Soekarno, R.A. kartini, Chairil Anwar, Isaac Netwon, dan lain sebagainya. Melalui tulisan, penulis pun bisa menciptakan dunianya sendiri, yaitudunia imajinasi., sebagai contoh penulis J.K Rowling yang berhasil menciptakan dunia penuh keajaiban dalam karya berserinya Harry Potter. Dunia ciptaannya itu telah dinikmati dan disukai oleh jutaan orang diseluruh dunia. Itulah keajaiban tulisan.
Buku berjudul jangan takut menulis yang diterbikan oleh PT Pribumi mekar ini member kita motivasi untuk menulis. Buku setebal 80 halaman ini menyajikan tips-tips menarik, praktis, dan inspiratif bagi pembacanya. Selain itu, disajukan juga kutipan-kutipan yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh  ternama yang membuat kita semakin berani untuk menulis. Menulis mengajak kita untuk bersama-sama untuk menepis rasa malas menulis dan kiat-kiat untk megatasi berbagai kendala dalam menulis. Melalui buku ini, penulis, yaitu Yanti Dwi Damayanti, mengajak kita untuk: jangan takut menulis. 


SILABUS

Sekolah        : SDN 11 Kulisusu
Kelas            : IV (empat)
Semester        : I (satu)
Mata Pelajaran    : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Tema            : Makhluk Hidup dan Proses Kehidupannya
Standar Kompetensi    : 1. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya

Kopetensi Dasar    Materi Pokok Pembelajaran    Kegiatan Pembelajaran    Indicator    Penilaian    Alokasi Waktu    Sumber Belajar
                Teknik    Bentuk Instrumen    Contoh Instrumen       
1.1 menjelaskan hubungan antara struktur akar tumbuhan dengan fungsinya    Bagian-Bagian Tumbuhan    1.    Mengamati akar padi, jagung, bayam, payaya untuk mengetahui bentuk dan fungsi akar
2.    Menjawab pertanyaan tentang akar    •    Mengidentifikasi bagian-bagian tubuh tumbuhan (akar) dan fungsinya bagi tumbuhan itu sendiri
•    Membandingkan bagian-bagian tubuh tumbuhan seperti perakaran, bunga, dan daun
    Tes unjuk kerja


Tes lisan    Identifikasi dan uji petik kerja prosedur

Kuis     Tunjukkan letak rambut-rambut akar?

Sebutkan lima tumbuhan berakar serabut dan lima tumbuhan berakar tunggang

Tunjukkan bagian-bagian yang tumbuh pada batang    2 JP    1.    Buku IPA Kelas IV SD/MI, Heri Sulistyanto dkk
2.    Buku referensi yang relefan
3.    Berbagai macam tumbuh-tumbuhan dilingkungan sekitar
1.2 menjelaskan hubungan antara struktur batang tumbuhan dengan fungsinya        3.    Mengamati batang tanaman di lingkungan sekitar untuk mengetahui bentuk dan fungsi batang
4.    Menjawab pertanyaan tentang batang    •    Mengidentifikasi bagian-bagian tubuh tumbuhan (batang) dan fungsinya bagi tumbuhan itu sendiri
•    Membandingkan bagian-bagian tubuh tumbuhan seperti perakaran, bunga, dan daun
    Tes unjuk kerja


Tes lisan    Identifikasi dan uji petik kerja prosedur

Kuis    Apakah perbedaaan susunan batang berkayu dan tidak berkayu?

Bagaiman keadaan tumbuhan yang adunnya dibungkus? Adakah kelainan pada tumbuhan itu?    2 JP   
1.3 menjelaskan hubungan antara struktur daun tumbuhan dengan fungsinya        5.    Mengamati hubungan susunan dan kegunaan daun
6.    Membuat awetan daun berbagai macam tumbuhan
7.    Menjawab pertanyaan tentang daun    •    Mengidentifikasi bagian-bagian tubuh tumbuhan (daun) dan fungsinya bagi tumbuhan itu sendiri
•    Membandingkan bagian-bagian tubuh tumbuhan seperti perakaran, bunga, dan daun
    Tes unjuk kerja


Penugasan


 
Tes lisan    Identifikasi dan uji petik kerja prosedur

Tugas Proyek

Pilihan ganda    Bagaimana macam bentuk tulang daun yang kamu dapatkan?

Susunan daun papaya sama dengan susunan tulang daun….
a.    Petai
b.    Ketela pohon
c.    Pisang
d.    Putrid malu    2 JP   
1.4 menjelaskan hubungan antara bunga dengan fungsinya        8.    Mengamati bunga yang bagian-bagiannya lengkap untuk mengetahui bentuk dan fungsi bunga
9.    Menjawab pertanyaan tentang bunga    •    Mengidentifikasi bagian-bagian tubuh tumbuhan (bunga) dan fungsinya bagi tumbuhan itu sendiri
•    Membandingkan bagian-bagian tubuh tumbuhan seperti perakaran, bunga, dan daun

    Tes unjuk kerja


Tes lisan    Identifikasi dan uji petik kerja prosedur

Kuis    Apasajakah bagian-bagian bunga dan fungsinya bagi tumbuhan?

Bagian apa yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan pada bunga?    2 JP   



MEMBACA PARAGRAF INDUKTIF DAN DEDUKTIF


1.      Paragraf deduktif
Perhatikan contoh berikut
Frustasi terjadi jika seseorang terhalang oleh suatu hal dalam mencapai tujuan, kebutuhan, keinginan, pengharapan, atau tindakan. Agresi merupak salah satu cara berespons terhadap frustasi. Remaja miskin yang nakal akibat dari frustasi yang berhubungan dengan banyaknya waktu menganggur, keuangan yang pas-pasan dan adanya kebutuhan yang harus segera terpenuhi tetapi sulit sekali tercapai. Akibatnya, mererka menjadi mudah marah dan berperilau agresif.   
Kalimat utama dalam kalimat ini terletak pada awal paragraph. Hal yang manjadi pikiran utama dalam paragaraf tersebut adalah frustasi sabagai agresi. Kalimat-kalimat selanjutnya kemudian bertugas sebagai penjelas denga mendukung kalimat pertama.

2.      Paragraf induktif
Perhatikan contoh paragraph berikut.
Foktor penyebab seperti yang dipaparkan,diharapkan dapat bermanfaat bagi para orangtua,pendidik,dan terutama para remaja sendiri dalam berperilaku dan mendidik generasi berikutnya agar lebih baik.Dengan demikian,aksi-aksi kekerasan baik dalam bentuk agresi verbal maupun agresi fisik dapat diminimalkan atau bahkan dihilangkan.Mungkin masih banyak factor penyebab lainnya yang belum dibahas disini.Akhirnya,kita setidaknya berharap bahwa factor-faktor agresi patut diwaspadai.


Paragraf tersebut adalah paragraph yang kalimat utamanya berada pada bagian akhir.Biasanya,kalimat utama pada paragraf induktif menggunakan konjungsi penyimpul antarkalimat,seperti jadi, maka,dengan demikian,akhirnya,atau oleh karena itu.Akan tetapi,hal ini bukan hal yang mutlak sebab ada juga kalimat utama dalam paragraph induktif yang tidak perlu didahului konjungsi.


CONTOH PIDATO


PIDATO SAMBUTAN PADA HARI PRAMUKA 14 AGUSTUS
Assalamu’alaikum wr.wb
Adik-adik pramuka yang kami cintai!
Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, pada hari ini, tanggal 14 Agustus tahun…..kalian bersama dapat melangsungkan ualng tahun yang ke…untuk itu kakak “sampaikan selamat berulang tahun” semoga organisasi pramuka kita tetap terjaya di tanah air.
Selain daripada itu, perkenangkanlah pada kesempatan ini kakak menyampaikan pesan-pesan tentang perlunya kalian mengahyati tujuan dari pada gerakan pramuka, yang diantaranya adalah:
   “Membentuk lascar dan martabat agar kelak menjadi manusia bangsa Indonesia yang berkepribadian dan berpancasila
Tinggi mental, moral, budi pekerti dan keyakinan agamanya masing-masing.
Tinggi kecerdasan dan keterampilan.
Kuat, serta sehat fisiknya”.
            Adik-adik pramuka yang kami cintai!
Untuk membangkitkan diri terutama dalam membangun disegala bidang, kakak yakin bahwa kalian tentu akan mampu dan berhasil dalam menerima tongkat estavet atau ahli generasi, yakni menggantikan generasi tua di dalam memikul tugas bangsa. Itu semua pasti akan kalian raih, asal kalian selalu membekali diri atas hal-hal tentang tujuan dari pada gerakan pramuka, seperti yang telah kami sebutkan di atas.
            Demikianlah yang dapat kakak sampaikan, dan kesemuanya itu dimaksudkan untuk membuat kalian sebagai pengabdi yang berada dalam gugusan terdepan dalam masa pembangunan dewasa ini. Mari kita bersama-sama song-song masa depan yang penuh persiapan dan tawakal.           
            Harapan kami semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua, Amin.
Wassalamu’alaikum wr.wb