Jumat, 08 Juni 2012

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)


SEKOLAH                      : 
MATA PELAJARAN     : Bahasa Indonesia
KELAS                            : X
SEMESTER                   : 1


A. STANDAR KOMPETENSI :
     Mendengarkan :
                              1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung /tidak langsung


B. KOMPETENSI DASAR :
   1.2 Mengidentifikasi unsur  sastra (intrinsik dan ekstrinsik)  suatu cerita yang disampaikan  secara       langsung atau melalui rekaman


C. MATERI PEMBELAJARAN :
     Rekaman cerita, tuturan langsung (kaset, CD, buku cerita)
     • unsur intrinsik (tema, alur, konflik, penokohan, sudut pandang, dan amanat)
     • unsur ekstrinsik (agama, politik, sejarah, budaya)


D. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI : 

NOIndikator Pencapaian  Kompetensi Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa
Kewirausahaan/Ekonomi Kreatif

1Menyampaikan unsur-unsur ekstrinsik Bersahabat/KomunikatifKepemimpinan
2Menanggapi (setuju atau tidak setuju) unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang disampaikan teman Tanggung jawab
3Menyampaikan unsur-unsur intrinsik(tema, penokohan, konflik, amanat dll.)

4Menanggapi (setuju atau tidak setuju) unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang disampaikan teman



E. TUJUAN PEMBELAJARAN :
 Siswa dapat:
  •  Menyampaikan unsur-unsur intrinsik ( tema, penokohan, konflik, amanat, dll.) yang terkandung di dalam    cerita yang disajikan disertai contoh kutipannya.
  • Menyampaikan unsur-unsur ekstrinsik (nilai moral,kebudayaan, agama, dll.) yang terkandung di dalam cerita yang disajikan disertai contoh kutipannya.
  • Menanggapi (setuju atau tidak setuju) unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang disampaikan teman dengan menggunakan bahasa yang santun dan efektif.

 F. METODE PEMBELAJARAN :
  • Penugasan
  • Diskusi
  • Tanya Jawab
  • Unjuk kerja
  • Ceramah
  • Demonstrasi

G. STRATEGI PEMBELAJAR

Tatap Muka TerstrukturMandiri
• Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung /tidak langsung.

• Menyampaikan unsur- unsur  ekstrinsik (nilai moral,kebudayaan, agama, dll.)

• Mencari siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung /tidak langsung

• Menanggapi (setuju atau tidak setuju) unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang disampaikan teman

• Siswa dapat Menyampaikan  unsur-unsur intrinsik   ( tema, penokohan, konflik,  amanat, dll.) yang terkandung di dalam cerita yang disajikan disertai contoh kutipannya.

• Siswa Menyimpulkan tentangsiaran atau cerita yang disampaikan secara langsung /tidak langsung.





H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN :
NoKegiatan Belajar Nilai Budaya Dan Karekter Bangsa
1
Kegiatan Awal :
  • Guru menjelaskan Tujuan Pembelajaran hari ini.
Bersahabat/ komunikatif
2Kegiatan Inti :

Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi :
  • Mendengarkan cerita daerah tertentu (Misalnya: Si Kabayan, Roro Jonggrang, Malin Kundang)*
  • Mengidentifikasi unsur intrinsik dan ekstrinsik
  • Menyampaikan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi :
  • Ceritakan yang disampaikan secara langsung atau melalui rekaman
  • Diskusi dan tanya jawab
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa:
  • Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui
  • Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui.
Tanggung jawa
3
Kegiatan Akhir :
  • Refleksi
  • Guru menyimpulkan pembelajaran hari ini.
Bersahabat/ komunikatif


I. ALOKASI WAKTU :
        4 x 40 menit


J. SUMBER BELAJAR/ALAT/BAHAN :
  • Buku cerita/kaset
  • LKS : Tim. Bahasa Indonesia SMA X. Sukoharjo: Pustaka Firdaus.
  • Buku pendamping: Syamsuddin A.R. Kompetensi Berbahasa dan Sastra Indonesia Kelas X.      Surakarta:    Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. 2006. 

K. PENILAIAN :
Jenis Tagihan:
  •  Tugas individu
  •  Ulangan
Bentuk Instrumen:
  •  Uraian bebas
  •  Pilihan ganda
  •  Jawaban singkat

Mengetahui, 2011
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran





 NIP.

Titah CINTA dibalik KESETIAAN

Aku tidak menyesali perpisahan karena….
Pertemuan Kita sebuah ketidaksengajaan
Waktu beputar tak akan pernah berhenti
Arah menunjuk kemana hati mencari
Jika, nasib sakti bertitah
Tak Ada Halanagan Untuk Menyapa kembali…
Karena,
Aku telah menemukan hati’Ku dalam dirimu
Begitu dalamnya tersimpan sehingga….
Tak mampu untuk ‘Ku melihatnya
Semoga,
Yang ada hanyalah ketulusan CINTA yang hidup di dasar hatimu
Tapi,
Mampukah engkau menjaga kebahagiaan yang telah Aku berikan untukmu
Karena jika tidak,
Itu hanya akan menjadikan embun yang pudar sebelum fajar menyingsing…
Sebab,
Akan ada banyak rintangan yang akan menguji kesetiaan CINTA.

Namun,
Selama mata masih mampu untuk melihat dunia
Selama hati masih berdetak,
Pegang erat-erat tangan’Ku…..maka pasti kita mampu untuk melewatinya.

Karena,
Malam yang gelap pun akan terang oleh pancaran kemerlap bintang-bintang
Karena untukmu……
Aku akan menjadi Jufri sampai nafas terakhirku….



PSIKOLINGUISTIK


Psikolinguistik adalah pendekatan gabungan melalui psikologi dan linguistic bagi telaah atau studi pengetahuan bahas, bahasa dalam pemakaian, perubahan bahasa, dan hal-hal yang ada kaitannya dengan itu yang tidak begitu mudah dicapai atau sendiri-sendiri (Lado, 1976:220). Menurut Bach, 1964:64 psikolinguistik adalah suatu ilmu yang meneliti bagaimana sebenarnya para pembicara/pemakai suatu bahasa membentuk/membangun atau mengerti kalimat-kalimat bahasa tersebut.  Menurut Langacker, 1968:26 psikolinguistik adalah studi atau telaah mengenai behavior atau perilaku linguistic yaitu performance atau perbuatan dan perlengkapan atau aparat psikologis yang bertanggung jawab atasnya. Menurut Palmatier 1972:140 psikolinguistik adalah telaah mengenai perkembangan bahasa pada anak-anak; suatu introduksi teori lingistik ke dalam masalah-masalah psikologis.

KULISUSU

Benda ini adalah yang melatarbelakangi penamaan Kulisusu, kini tinggal sebelah dan tertimbun hampir seluruh bagiannya. Konon ceritanya bahwa pasangan dari kulit Lokan ini diambil oleh suku Tobelo setelah masyarakat Kulisusu menderita kekalahan. Adapun ukurannya sebagai berikut: panjang 60 cm dan tinggi dari permukaan tanah 25 cm. Wisata sejarah ini terletak di Kompleks Benteng Lipu, Keraton Kulisusu, Kabupaten Buton Utara.

awal mulanya terkait dengan penemuan kima susu (kerang siput laut) oleh seseorang yang bernama La Mahari, Sangia Yi Doule, saat hendak pergi berburu di Lemo ditemani dengan dua ekor anjing masing-masing bernama La Sara Bomba dan La Barbantingi (Abusaru, 2005: 2). Kedua anjing tersebut juga yang menemukan ee bula (air putih) tidak jauh dari temuan kima susu (Rahmat, 8 Januari 2011). Dituturkan bahwa kulit sebelah kanan kerang siput laut tersebut dibawa ke Ternate oleh La Ode Raja Tomba Mbahalo dan istrinya bernama Wa Ode Katanda disertai dengan 40 rumah tangga, isinya dibawa ke Tolaki oleh Kapita Haluoleo, dan kulit sebelah kiri disimpan di tempat semula (Abusaru, 2005 : 3). Orang Kulisusu menamakan kerang siput laut tersebut dengan istilah “Kima Susu” atau “Tongki-Tongki Susu” atau “Mata Morawu”.  Tradisi lisan menuturkan bahwa penamaan Kulisusu bermula dimana ketika anjing menemukan induk kerang susu yang besar, gonggongan anjing mengeluarkan kata-kata “Kolingsusu-kolingsusu” untuk beberapa kali (Abu Hasan, 1989: 55). Dari kata ini muncul istilah Kolencucu, Kolengsusu atau Kolingsusu, lalu berubah menjadi Kulisusu untuk menyebut nama Barata Kulisusu, Distrik Kulisusu, dan Kecamatan Kulisusu. Interpretasi lain dapat dijelaskan bahwa kata “kuli”, yang kemudian melahirkan kata “kulisusu”, boleh jadi berasal dari salah satu bagian atau belahan (“kulit”) kerang siput laut yang ditemukan oleh Sangia Doule yang masih tersimpan sampai sekarang di Benteng Lipu. Orang Kulisusu menyebut bagian kulit (luar) dengan kata koleng atau kaleng atau kuli. Jadi kata “kuli” diambil dari kata “kulit”, maksudnya kulit (bagian luar) kerang siput (kima susu) tersebut (lihat gambar/foto “kima susu” berikut).



SURAT KUASA

Surat kuasa digunakan untuk memberikan wewenang kepada seseorang atau lembaga yang dipercaya untuk mewakili orang yang bersangkutan dalam melakukan suatu tindakan atau mengurus urusan tertentu.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat surat kuasa yaitu:
1.    Menentukan kegiatan yang akan diberi kuasa;
2.    Memilih orang atau lembaga yang akan diberi kuasa;
3.    Menentukan batas-batas kuasa yang akan dilimpahkan;
4.    Mencantumkan tempat dan tanggal pembuatan surat kuasa;
5.    Menulis surat kuasa diatas kertas segel atau dibubuhi meterai secukupnya;
6.    Memberikan kuasa kepada seseorang yang dapat dipercaya;
7.    Orang yang memberi dan menerima kuasa harus sudah dewasa serta sehat rohani dan jasmani;
8.    Orang yang memberi dan menerima kuasa harus menandatangani surat tersebut agar surat dianggap sah
Contoh surat kuasa:
                         Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
                                      SMA Permata Ilmu

                                             Surat Kuasa
                             Nomor:12/SMA PI/Oktober/2007

Pihak yang bertanda tangan berikut ini,
Nama         : Winda Ratuliu
Jabatan       : Ketua OSIS SMA Permata Ilmu
Kelas          : XI/F
memberi kuasa kepada:
Nama          : Sigit Armando
Jabatan        : Ketua Sie. Dana Usaha OSIS SMA Permata Ilmu
Kelas           : XI/A
untuk mengambil uang donator acara kegiatan ”Bulan bahasa SMA Permata Ilmu” di bagian personalia PT Anugerah Lestari.
Atas perhatian dan kerja sama Ibu/Bapak, saya mengucapkan terima kasih
                                                             Medan,12 Oktober 2007
Penerima kuasa,                                            Pemberi kuasa,

Sigit Armando                                          Winda Ratuliu
                          

PROPOSAL: MORFOFONEMIK BAHASA KULISUSU

BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Morfologi
    Morfologi adalah (1) bidang linguistic yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya; (2) bagian dari struktur bahas yang mencakup kata dan bagian-bagian kata yakni morfem (Kridalaksana, 1984:129).
    Seorang ahli bahasa di Indonesia J.S Badudu memberikan batasan bahwa: “Morfologi adalah ilmu yang membicarakan morfem, yaitu bagaimana kata dibentuk dari morfem-morfem. Jadi morfologi berirusan struktur dalam kata”. (1979:66).
    Selain dari kedua pengertian yang telah disebutkan di atas, maka dalam hal yang sama M. Ramlan yang merupakan tokoh structural di Indonesia memberikan definisi tentang morfologi sebagai berikut:
    Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari selu-beluk kata itu, baik fungsi gramatikal maupun fungsi semantic (1985:19).
    Selanjtnya Verhaar, mengemukakan bahwa “ morfologi adalah bidang linguistic yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatik” (1986:52).

2.2 Morfem
    Mengenai konsep morfem pada dasarnya para linguis (linguistik) tidak banyak berbeda pendapat , walaupun masing-masing mengajukan definisinya sendiri.
    Menurut Lyons (1995:177-178) “ morfem adalah satuan terkecil analisis gramatikal atau satuan-satuan yang terendah tingkatannya  yang dapat membentuk kata-kata”.
    Saleh (1988:6) menyatakan bahwa morfem adalah satua makna terkecil yang dapat digunakan untuk membentuk suatu ujaran,
    Ali (1991:665) menyatakan bahwa morfem adalah satuan bentuk bahasa terkecil yang mempunyai makna, secara relative stabil dan tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil.
    Hockett (dalam Parera, 1994:15) menyatakan bahwa morfem adalah unsure-unsur yang terkecil yang masing-masing mempunyai makan dalam tutur sebuah bahasa.
    Kemudian ditegaskan oleh Keraf (1978:55) bahwa morfem adalah kesatuan yang ikut serta dalam pembentukan kata yang dapat dibedakan artinya.

2.3  Morf  dan Alomorf
Morf dan alomorf adalah dua buah nama untuk sebuah bentuk yang sama, yang terdapat berulang-ulang dalam satuan bentuk yang lain. Dengan kata lain alomorf adalah perwujudan konkret (di dalam penuturan) dari sebuah morfem. Jadi setiap morfem tentu mempunyai almorf, entah satu, dua, atau enam buah. Contohnya,  morfem meN- (dibaca: me nasal): me-, mem- men-, meny-, meng-, dan menge-. Secara fonologis, bentuk me- berdistribusi, antara lain, pada bentuk dasar yang fonem awalnya  konsonan /I/ dan /r/; bentuk mem- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /b/ dan juga /p/; bentuk men- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya /d/ dan juga /t/; bentuk meny- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya /s/; bentuk meng- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya, antara lain konsonan /g/ dan /k/; dan bentuk menge- berdistribusi pada bentuk dasar yang ekasuku, contohnya {menge}+{cat}= mengecat. Bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfem yang sama tersebut  disebut alomorf.
2.4 Morfofonemik
    Morfofonemik adalah proses perubahan bentuk sesuai dengan fonem awal dasar yang dilekatinya. Batasan ini memandang bahwa proses perubahan fonem itu dipengaruhi oleh fonem awal bentuk dasar tempat melekatnya sebuah afiks. (Alwi, et al. 1998:113). 
    Morfofonemik merupakan perubahan bentuk sebuah morfem beerdasarkan bunyi lingkungan  yang menyangkut hubungan antara morfem dengan fonem. Selanjutnya Parera menjelaskan bahwa proses morfofonemik dalam sebuah bahasa bisa terjadi secara tetap dan dapat juga berlangsung secara tidak tetap atau dapat berlangsung secara otomatis dan tidak secara otomatis dikatakan sebuah proses morfofonemik berlangsung secara otomatis apabila prose situ sering terjadi pada syarat-syarat tertentu sehingga terjadi satu kaidah dalam bahasa tersebut. Dikatakan tidak tetap apabila sebaliknya.
    Menurut Robinson (1992:238-241) morfofonemik merupakan analisis dan klasifikasi dari berbagai bentuk morfologis yang didalamnya terdapat morfem-morfem atau yang digunakan untuk mewakili morfem-morfem, baik dalam sebuah bahasa maupun dalam bahasa-bahasa pada umumnya.  
    Morfofonemik atau biasa disebut morfofonologi adalah ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lainnya. Dalam bahasa Indonesia terdapat empat prefiks (meN-, per-, ber-, dan ter-) yang mengalami perubahan sesuai dengan fonem awal bentuk daras yang dilekatinya.
    Berbicara mengenai proses morfofonemik dalam bahasa Indonesia, maka terdapat tiga hal penting, yaitu: (1) proses perubahan fonem, (b) proses penambahan fonem, (c) proses panggalan/penghilangan fonem.

2.4.1 Proses Perubahan Fonem
    Apabila kita menyinggung proses perubahan fonem dalam bidang morfofonemik, maka ada dua hal yang perlu mendapat perhatian yaitu perubahan fonem /N/ dan perubahan fonem /r/
1)    Perubahn fonem /N/ pada morfem meN- dan morfem peN- berubah menjadi fonem: /m/n/ seningga morfem meN- menjadi : pem-, pen-, peny-, peng-.
Fonem /N/ pada morfem meN- dan morfem peN- berubah menjadi fonem /m/ bila kata dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /b,p,f/, misalnya:
MeN-        +       babat    menjadi      membabat
PeN-          +      bina      menjadi       membina
Dalam bahasa Kulisusu bentukan seperti diatas dapat kita jumpai pada gabungan morfem moN- dan poN- pada kata dasar yang di awali dengan fonem // seperti: Poncilabi (labhi) ‘berlebihan’
  
2)    Perubahan fonem /r/ pada morfem ber- dan per-, mengalami perubahan menjadi /l/ sebagai akibat pertemuan dengan moerfem lain.

a.    Perubahan fonem /r/ menjadi fonem /l/ pada morfem ber-, apabila diikuti oleh kata dasar ajar dan unjur.
Contoh :
ber-              +           ajar          menjadi         belajar
ber-              +           unjur        menjadi         berunjur

b.    perubahan fonem /r/ menjadi fonem /l/ pada morfem per-, apabila diikuti oleh kata dasar ajar.
Contoh: per-           +      ajari         menjadi      pelajari

2.4.2 Proses Penambahan Fonem
    Proses penambahan fonem antara lain terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meN- dengan bentuk dasarnya yang terdiri atas satu suku kata. Fonem tambahan tersebut ialah fonem /e/, sehingga meN- berubah menjadi menge-.
Contoh:
MeN-       +    lap     menjadi      mengelap
Men-        +    tik     menjadi       mengetik
Dalam bahasa kulisusu dijumpai pula bentukan-bentukan:
Pompuaia  (puai)  ‘tempat menjemur’
Petotapiha (totapi)   ;tempat mencuci’

2.4.3 Proses Hilangnya Fonem
    Proses hilangnya fonem /N/ pada prefiks meN- dan peN- terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meN- dan mrfem peN- dengan bentuk dasar yang berawal  dengan fonem berikut: /l,m,n,r,y, dan w/, morfem meN- dan peN- menjadi me- dan pe-.
Contoh: meN         +      masak        menjadi        memasak
      meN         +      naikkan      menjadi       menaikkan
      peN         +      malas          menjadi       pemalas

dalam bahasa Kulisusu kita jumpai pula bentukan-bentukan: moleusi (leu) ‘mendatangi’





DAFTAR PUSTAKA

Badudu, J.S. 1989. Pelik-pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pusaka Prima.
Hockett, Charles. 1963. A Course ini Modern Linguistik. New York: The Macculan Company.
Keraf, Gorys. 1982. Tata Bahasa Indonesia. Ende Flores: Nusa Indah.
Ramlan, M. 1979. Ilmu Bahasa Indonesia: Morfologi. Yogyakarta: UP Indonesia.   
1983. Morfologi. Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono.
Verhaar, J.W.M. 1978. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.






Kelas Kata

Sebelumnya kita perhatikan Aforisme berikut :

“Kata-kata adalah kurcaci yang muncul tengah malam, dan ia bukan pertapa suci yang kebal terhadap godaan. Kurcaci merubung tubuhnya yang berlumuran darah sementara pena yang dihunusnya belum mau patah.” (Joko Pinurbo dalam Kurcaci, 1998)

KATEGORI MORFOLOGI KELAS KATA DALAM BAHASA INDONESIA

Bahasa Indonesia mengenal pengelompokan kosa dalam bentuk kelas kata. Tata bahasa Indonesia banyak pendapat para mengenai jumlah dan jenis kelas kata. Kelas kata terdiri dari seperangkat kategori morfologis yang tersusun dalam kerangka sistem tertentu yang berbeda dan sistem kategori morfologis kelas kata lain. Kategori morfologis adalah sederetan kata yang memiliki bentuk gramatikal dan makna gramatikal yang sama.

Setiap kategori morfologis itu terbentuk oleh prosede morfologis tertentu. Prosede morfologis adalah pembentukan kata secara sinkronis. Prosede morfologis itu ada dua macam yaitu derivasi dan intleksi. Derivasi adalah prosede morfologis yang menghasilkan kata-kata yang makna leksikalnya berbeda dari kata pangkal pembentuknya. Sebaliknya, infleksi menghasilkan kata-kata yang bentuk gramatikalnya berbeda-beda, tetapi leksemnya tetap seperti pada kata pangkalnya.

Kategori Morfologi Kelas Kata Bahasa Indonesia dapat dibedakan atas:

1. Kelas Nomina

Untuk menentukan suatu kata termasuk nomina, digunakan penanda valensi sintaktis karena perangkat kategori morfologis pembangun kerangka sistem morfologi nomina itu ditandai oleh valensi sintaktis yang sama, yaitu (1) mempunyai potensi berkombinasi dengan kata bukan, (2) mempunyai potensi didahului oleh kata di, ke, dari, pada.

Kelas nomina yang ditemukan dan data terdiri dan: (1) nomina murni, yakni nomina yang tidak berasal dari kelas kata lain, (2) nomina deverbal, yakni nomina yang terbentuk dari verba.

a. Nomina Murni

Nomina murni terdiri dari nomina dasar (monomorfemis) dan nomina turunan (polimorfemis). Nomina turunan yang terbentuk dari kata-kata nomina disebut nomina denominal.

Ø Nomina Dasar

Nomina murni berbentuk dasar yang ditemukan pada data ada lima macam yaitu:

Contoh: anak,baju, kepala, orang, nasi rumah, pakaian, pasar, perut, piring, plastik, rejeki, salak, logam lengan, lantai, lekaki, kursi, kota, panggung, kilometer, kelas, kaos, jalan, huja, gerimis, gelas, gambar, buah, ujung, uang, tempat, televisi,teh, tangan, tamu, tali, sisi, sepatu, wong, bulan, mata,

Ø Nomina Denominal

Nominal denominal yang d.temukan pada data, terdin dari beberapa kategori morfologis. Semuanya terbentuk dengan denvasi, berpangkal pada nomina dasar, yakni:

Ø Kategori D-an.’

Kategori ini menyatakan makna ‘daerah/wilayah/komplek/kurnpulan sesuatu yang tersebut pada pangkal pembentukan’. Contoh: pakaian,

Ø Kategori D-an”

Kategori ini menyatakan makna ‘hasil’. Contoh: ikatan, sebutan

Ø Kategori se-D

Kategori ini menyatakan makna ’satu”. Contoh: sebatangkara

Ø Kategori D-D1-an

Kategori ini menyatakan makna ’seperti’. Contoh: orang-orangan

Ø Kategori per-D-an’

Kategori ini menyatakan makna “hal’ . Contoh: perhatian

Ø Kategori ke-D-an’

Kategori ini menyatakan makna “hal’ . Contoh:kesempatan

Ø Kategori pcng-D-an

Kategori ini menyatakan makna ‘proses’. Contoh: pengalaman

b. Nomina Transposisi

Dari data nomina transposisi tidak ditemukan dalam kartu kata